jueves, 27 de enero de 2011

Flamenco Fantástico


Tok tok tok… Penari wanita itu mulai mengetuk-ngetuk sepatu kayunya ringan sambil meliuk-liukan tangan dan badannya. Ketukan kaki cepat dan berirama ini mengingatkan saya pada tarian tap, tarian yang menghasilkan musik perkusi dengan sepatu.
Prok prok prok… dua orang pria mulai bertepuk tangan sesuai dengan irama ketukan sepatu tadi. Tepukan tangan berirama cepat ini seakan-akan memberi energi ekstra untuk si penari flamenco. Tak lama kemudian, suasana pun makin meriahkan oleh alunan gitar akustik, biola, dan tabuhan perkusi. Dua orang pria yang bertepuk tangan tadi juga mulai bernyanyi dan berteriak-teriak ketika alat-alat musik beraksi.
Concha Jareño
picture by Efi Yanuar
Flamenco merupakan perpaduan gerak tubuh gemulai dan harmoni musik sederhana dari Andalusia, Spanyol. Menurut sebuah situs wisata Andalusia, pada mulanya flamenco hanya terdiri dari nyanyian seruan yang diiringi oleh ketukan pada benda kayu. Selama dua ratus tahun terakhir, seni flamenco berevolusi hingga mengenal beberapa elemen lainnya seperti tarian (baile), nyanyian (cante), gitar (toque), dan jaleo. Elemen terakhir yang diartikan secara harafiah adalah membangkitkan neraka, meliputi ketukan-ketukan kaki, tepukan-tepukan tangan, dan teriakan-teriakan penyemangat.
Meski Spanyol terletak di daratan Eropa, saya masih bisa mendengar pengaruh kebudayaan Asia pada seni flamenco. Memang daerah Andalusia pernah dikuasai oleh kaum moor (pejuang-pejuang Islam dari Arab dan Afrika utara) selama 250 tahun sebelum digantikan oleh penguasa kristiani pada abad ke-15. Nyanyian yang mengiringi tarian flamenco terdengar layaknya adzan atau lagu India berbahasa Spanyol.
Sejarah lain mengatakan bahwa flamenco merupakan tarian kaum gipsi. Kostum flamenco yang meliputi rok panjang dengan detil rumbai di bagian bawah, serta model lengan menggembung seperti balon, merupakan petunjuk warisan budaya pakaian wanita gipsi. Flamenco memang bukan tarian bangsawan yang dipraktekan pada pesta-pesta formal seperti dansa (ballroom dance). Konon tarian ini dipertontonkan pada pesta yang kurang formal seperti pesta rumah (juergas), untuk menghibur para lelaki bersama dengan wanita-wanita penghibur dan minuman beralkohol. Pantas saja penari flamenco jarang tersenyum, bahkan cenderung memperlihatkan ekspresi sedih meski musik yang mengiringinya cukup meriah. 
Saya beruntung bisa menonton langsung dan turut merasakan serunya pertunjukan flamenco. Pertunjukan tertutup yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Spanyol ini menghadirkan penari flamenco internasional asal Madrid, Concha Jareño. Señora Jareño tidak tampil sendiri di atas panggung, ada seorang gitaris akustik, seorang violis, seorang pemain perkusi, dan dua orang penyanyi yang turut mendukung penampilannya. Acara bertajuk “Compañia Flamenca de Concha Jareño” diselenggarakan pada bulan Juni 2010 lalu di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail Jakarta.
Walaupun acara tidak dibuka untuk umum, ruang pertunjukan penuh oleh penonton berkebangsaan Indonesia maupun ekspatriat. Semoga pada kesempatan berikutnya Kedutaan Besar Spanyol dapat mempublikasikan acara ini lebih luas lagi pada khalayak umum, sehingga makin banyak orang dapat menikmati fantastisnya tarian rakyat Spanyol, Flamenco. Bravo! Bravo! Flamenco es fantástico! 


Penampilan flamenco yang sempat terrekam kamera handphone saya:

domingo, 23 de enero de 2011

Semua Berbondong-bondong Menuju Compostela

Kabarnya sepucuk surat tertutup ditujukan pada "Marca", sebuah surat kabar Spanyol, dari beberapa pemain tim nasional sepak bola La Furia Roja berbulan-bulan sebelum putaran final Piala Dunia Afrika Selatan 2010 dimulai. Surat yang hanya boleh dibuka jika Spanyol juara itu ternyata berisikan janji beberapa pemain, seperti Andrés Iniesta, Fernando Torres, Carlos Marchena, dan Sergio Busquets. Jika Spanyol berhasil menjadi Juara Dunia 2010, keempat pahlawan lapangan hijau Spanyol tersebut akan melakukan perjalanan menuju Santiago de Compostela.

Sebuah kota di Galicia ini telah menjadi tujuan perjalanan lebih dari 270 ribu peziarah pada tahun 2010. Dikenal dengan nama "El Camino de Santiago" (Jalan Santo Yakobus), aktifitas perjalanan ini telah dilakukan sejak abad pertengahan oleh peziarah dari berbagai penjuru Eropa. Konon di kota inilah Santo Yakobus, seorang murid Yesus menurut ajaran Kristiani, dimakamkan. Pada tahun 1985, kota ini dianugerahi titel World Heritage Site (tempat/kota peninggalan budaya) oleh UNESCO, dan dua tahun berikutnya rute ziarah menuju Compostela dikukuhkan sebagai rute budaya Eropa pertama oleh Konsili Eropa.

Lambang El Camino de Santiago
Pada mulanya setiap peziarah memulai perjalanan dari rumah masing-masing menuju Compostela. Namun hingga saat ini, ada sembilan rute yang dianggap sebagai rute-rute utama yaitu: rute dari Portugal, rute dari Prancis, rute dari Aragon, rute Utara (dari Basque), rute Primitif (dari Oviedo, Asturia), rute dari Inggris, rute Vía de la Plata (dari Sevilla), rute Laut Arousa dan Sungai Ulla, dan rute Finisterre. Semua rute berakhir di Katedral Santiago de Compostela, kecuali rute Finisterre yaitu perjalanan dari Compostela menuju pantai barat di Muxia. 


Perjalanan biasanya dilakukan dengan berjalan kaki, naik kuda, naik sepeda, atau menyeberangi lautan dan sungai selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Bukan hanya peziarah saja yang tertarik melakukan perjalanan ini. Banyak pula turis yang terlibat untuk alasan-alasan non agama seperti berjalan-jalan atau olah raga. Untuk menuntun perjalanan mereka, telah disiapkan tanda-tanda jalan berupa simbol El Camino de Santiago. Peziarah yang berhasil menaklukan misi ini biasanya akan diberikan sertifikat penghargaan.

Katedral Santiago de Compostela

Mungin para pemain ini sudah tidak perlu lagi mendapatkan sertifikat El Camino, tetapi tentu saja kita menunggu janji yang sudah diikrarkan. Kabarnya Iniesta akan melakukan perjalanan musim panas yang akan datang ketika jadwal kompetisi tidak ketat. Bagaimana dengan Torres, Marchena, dan Busquets? Akankah semuanya berjalan berbondong-bondong menuju Compostela?  

jueves, 20 de enero de 2011

Mar Adentro (The Sea Inside): Saat Kematian Menjadi Sebuah Pilihan

Bayangkan anda berada dalam satu ruangan seminar tentang hidup, dan si pembicara seminar menanyakan pada anda "Siapa di antara anda sekalian yang tidak ingin hidup?" Perkenalkan seorang Spanyol bernama Ramón Sampedro. Jika ia berada di tengah-tengah anda, dengan lantang ia akan menjawab "Saya tidak ingin hidup".

Sejak kecelakaan di laut yang menimpanya ketika berusia 25 tahun, Ramón mengalami kelumpuhan total (bahasa tingkat tingginya quadriplegic). Nelayan asal Galicia ini ingin mengakhiri hidupnya, namun tidak ada seorang pun mau membantunya. Selama hampir 30 tahun ia memperjuangkan haknya untuk mati. Ia menginginkan euthanasia yang berulang kali ditolak pengadilan.

Sampedro yang hanya bisa menggerakan bagian tubuhnya dari leher ke atas

Di penghujung hidupnya ia dihadapi dengan permasalahan cinta. Pertama dengan seorang pengacara yang ia pekerjakan untuk menangani kasusnya, dan seorang single mother (ibu tunggal) yang berusaha menyemangatinya untuk hidup. Cinta pun ia temukan dari seseorang yang mau membantunya mewujudkan keinginan bunuh diri tersebut. Pada 12 Januari 1998, Ramón Sampedro meninggal keracunan "potasium sianida" di Boiro, sebuah kota di Provinsi La Coruña.

Kisah hidup Ramón Sampedro diabadikan sutradara Spanyol Alejandro Amenábar dalam film berjudul Mar Adentro (laut di dalam, dalam versi Inggris "The Sea Inside"). Film ini meraih penghargaan sebagai film berbahasa asing terbaik pada ajang bergengsi Academy Award ke-77 dan Golden Globe tahun 2004. Di Spanyol sendiri, film ini dianugerahi 14 penghargaan Goya (ajang penghargaan film nasional di Spanyol), termasuk aktor pemeran Ramón, Javier Bardem, sebagai aktor terbaik. 

Duet Amenábar (kiri) dan Bardem (kanan) memboyong banyak penghargaan di Spanyol

Walaupun film ini berbicara tentang kematian, banyak renungan hidup yang dapat kita petik dari sosok Ramón Sampedro. Misalnya saja dengan tidak menghakimi hak hidup sesama, seperti dalam percakapan Ramón "¿Quién soy yo para juzgar a los que quieren vivir?" (Siapakah saya dapat menghakimi mereka yang ingin hidup?). Sebuah renungan lain yaitu tentang cara memandang dan menjalani hidup. Apakah hidup ini kita jalani sebagai hak ataukah kewajiban? Apakah kita mendapatkan kebebasan di hidup ini atau harus mati terlebih dahulu untuk hidup? Mungkin anda akan menemukan poin-poin lain karena film ini sungguh membuka wacana penonton untuk bebas berintepretasi. 

Cerita film yang filosofis dikemas Amenábar dengan gaya bercerita linear (runut dari satu kejadian ke kejadian lain), pengambilan gambar yang kreatif dan indah, serta tentunya akting Bardem yang memukau, sehingga film tidak terasa terlalu berat. Bagi anda pecinta drama, film ini wajib ditonton. Jika anda lebih menyukai genre lain seperti komedi, tunggu review film-film Spanyol lainnya.

Ada sebuah puisi karangan Sampedro yang ditampilkan di film ini. Klik di sini untuk membaca puisi dan artinya.

Puisi Mar Adentro

Puisi ini diambil dari film Mar Adentro arahan Alejandro Amenábar tahun 2004.
Ditulis sendiri oleh Ramón Sampedro, ditampilkan pada trailer film dan akhir film.

(Laut di dalam)

Mar adentro, mar adentro.
(Laut di dalam, laut di dalam)

Y en la ingravidez del fondo
(dan di dalam latar belakang kesulitan)
donde se cumplen los sueños
(di mana mimpi menjadi kenyataan)
se juntan dos voluntades
(berkumpul dua keinginan)
para cumplir un deseo.
(untuk menggapai sebuah hasrat)
Un beso enciende la vida
(Ciuman ringan kehidupan)
con un relámpago y un trueno
(dengan petir dan guntur)
y en una metamorfosis
(juga dalam sebuah metamorfosa)
mi cuerpo no es ya mi cuerpo,
(tubuhku bukan lagi tubuhku)
es como penetrar al centro del universo.
(seperti masuk menuju pusat jagad raya)

El abrazo más pueril
(Sebuah pelukan kekanak-kanakan)
y el más puro de los besos
(dan kesucian ciuman-ciuman)
hasta vernos reducidos
(hingga melihat kita semakin berkurang)
en un único deseo.
(dalam sebuah keinginan tunggal)

Tu mirada y mi mirada
(pandanganmu dan pandanganku)
como un eco repitiendo, sin palabras
(seperti sebuah gema terulang, tanpa kata-kata)
‘más adentro’, ‘más adentro’
(makin dalam dan makin dalam)
hasta el más allá del todo
(hingga di atas semuanya itu)
por la sangre y por los huesos.
(oleh darah dan tulang-belulang) 

Pero me despierto siempre
(tetapi aku selalu terjaga)
y siempre quiero estar muerto,
(dan selalu ingin mati)
para seguir con mi boca
(untuk melanjutkan dengan mulutku)
enredada en tus cabellos.
(terbelit di uraian rambutmu)




miércoles, 19 de enero de 2011

Malam Fiesta, Siang Siesta!!!

Terkenal dengan kebiasaan berpesta (fiesta) sepanjang malam, namun orang Spanyol masih mampu "bertahan" pada siang hari. Kunci dari gaya hidup seperti ini adalah siesta atau tidur siang. 

Seorang pekerja Madrid ber-siesta pada tahun 1930an
Negara Spanyol yang terletak dekat Laut Mediterania memiliki iklim panas dibandingkan negara-negara Eropa lainnya (Bila musim panas tiba, suhu di Spanyol khususnya bagian selatan dapat mencapai 40 derajat Celcius). Sedangkan zaman dahulu orang-orang Spanyol umumnya bekerja di ladang di bawah terik matahari. Karena suhu yang tak memungkinkan orang-orang beraktifitas di luar ruangan, pada pertengahan hari para pekerja beristirahat di rumah untuk tidur siang dan melanjutkan pekerjaan sore harinya.

Siesta sendiri berasal dari kata "la hora sexta" yang berarti jam keenam. Dihitung dari jam enam pagi, jam 12 merupakan jam keenam. Selama tiga jam pada pertengahan hari ini orang Spanyol diberikan kesempatan tidur siang, berkumpul bersama keluarga, serta makan siang (Makan siang di Spanyol biasanya dimulai pukul 2 siang). 

Namun, pada awal abad ke-21, kebiasaan ini mulai kehilangan dukungan pemerintah. Karena alasan turunnya produktifitas, tiga jam siesta dipotong menjadi hanya dua jam saja. Masyarakat pun harus terbiasa dengan aturan main yang telah berlangsung berpuluh-puluh tahun ini. Berdasarkan sebuah survey, kini hanya 16% masyarakat Spanyol yang masih melakukan siesta. Banyaknya turis yang berdatangan juga membuat masyarakat Spanyol tetap beraktifitas di pertengahan hari. Padahal  menurut sebuah studi di Yunani oleh Universitas Harvard Amerika Serikat, tradisi tidur siang ini dapat meminimalisasi resiko penyakit jantung.

La Tomatina

Siapa sangka sebuah pertengkaran dapat berakhir menjadi festival internasional La Tomatina? Sejumlah pemuda yang berkumpul pada Rabu terakhir bulan Agustus 1945 di alun-alun Buñol, Valencia, hanya ingin minum pada awalnya. Untuk menghangatkan suasana, mereka mulai meramaikan malam itu dengan musik dan berdansa. Di tengah kemeriahan dansa malam itu, terjadilah aksi dorong-mendorong sehingga beberapa orang terjatuh dan menjadi marah. Pertengkaran mulai terjadi, para pemuda mulai melempari satu sama lain bersenjatakan sayur-sayuran, terutama tomat. Pecahlah perang tomat itu hingga diakhiri oleh aparat keamanan.

Kejadian ini terulang kembali pada tahun-tahun berikutnya dengan para pemuda membawa tomat dari rumah masing-masing. Walaupun dilarang pemerintah sekitar tahun 50an, perang tomat terus terjadi dengan peserta yang semakin banyak dan semakin fanatik. 

Pada tahun 1955, protes terhadap pelarangan perang tomat digelar dengan memasukkan karung-karung tomat pada peti mati. Perarakan peti ini diiringi oleh sebuah band yang memainkan musik khas kematian. Aksi ini pun berhasil hingga tahun 1957, La Tomatina diresmikan oleh dewan kota Buñol. Gaungnya terdengar di seluruh negeri matador berkat reportase Javier Basilio untuk program mingguan sebuah stasiun televisi Spanyol. Sejak tahun 2002, acara tahunan ini dipromosikan secara internasional oleh dewan kota sebagai daya tarik wisata kota Buñol.

foto: Damian Corrigan
Panjat pinang ala Spanyol memperebutkan ham di ujung tiang merupakan tradisi sebelum La Tomatina digelar

Jika anda tertarik untuk mengikuti pesta ini, datanglah ke Buñol pada malam hari sebelum pesta diadakan. Pesta perang tomat berlangsung pada pukul 11 pagi selama satu jam setiap Rabu terakhir bulan Agustus. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk berpartisipasi pada acara ini. Pertama, tentu saja jangan gunakan pakaian terbaik anda. Pilihlah kaos-kaos lusuh karena anda mungkin tidak akan mendapatkan pakaian anda seperti baru lagi. Untuk alas kaki, sebaiknya menggunakan sepatu kets yang mencengkram kaki anda dengan kuat, karena anda bisa pulang tanpa alas kaki bila memakai sandal jepit. Untuk melindungi mata, gunakan kacamata selam atau goggles, karena asam dari tomat dapat membuat mata anda gatal. 

Ada pula beberapa aturan main dari dewan kota Buñol seperti: tidak melemparkan benda-benda tajam, menghancurkan tomat sebelum dilemparkan, dan tidak merobek-robek pakaian. Pukul 12 tepat terompet akan dibunyikan menandakan berakhirnya festival ini. Jangan lagi melempar-lempar tomat dan nikmati fasilitas bilas gratis yang disediakan penduduk lokal dengan selang, karena anda tidak akan diterima di berbagai fasilitas umum bila berkeliaran dengan tomat di sekujur tubuh anda.

lunes, 17 de enero de 2011

Tortilla

Namanya cukup sering kita dengar bukan? Jika berkunjung ke supermarket atau toko, nama "tortilla" tertera pada bungkus sebuah produk makanan ringan. Dulu saya kira tortilla adalah sejenis keripik seperti produk kudapan itu.

Pandangan ini berubah setelah saya mencicipi tortilla di sebuah restoran tapas di Jakarta. Beberapa minggu kemudian pada sebuah pertemuan komunitas Spanyol Aula Cervantes, Rosa seorang Madrileña (perempuan dari Madrid) menyajikan tortilla dalam bentuk yang sama, sejenis omlet kentang. Rosa mengatakan bahwa orang Spanyol menyebutnya "tortilla de patata" yang berarti tortilla kentang, sedangkan di dunia masakan ini dikenal dengan nama "tortilla españa".

Karena terbuai dengan cita rasanya, saya pun belajar memasak tortilla setelah berkonsultasi dengan Rosa dan praktek bersama beberapa teman dari Spanyol yang malam itu datang ke rumah untuk makan malam bersama. Ternyata tidak sulit memasak hidangan ini. Berikut adalah bahan-bahan dan cara memasaknya.

Tortilla de Patata
Bahan-bahan:
kentang 1 kg
bawang bombay 1 buah (cukup yang kecil)
telur 8 butir
garam
minyak goreng

Langkah pertama adalah mengupas kulit kentang, lalu mengiris kentang tipis-tipis. Kulit kentang dapat anda goreng kemudian dengan garam untuk snack. Kentang yang telah teriris diberi banyak taburan garam sesuai dengan selera (saya biasanya menggunakan sekitar 5 sendok teh garam), diaduk-aduk hingga garam merata, lalu digoreng dengan minyak yang sudah dipanaskan secukupnya.

Potong kecil-kecil bawang bombay lalu tambahkan pada gorengan kentang tadi. Lanjutkan menggoreng hingga kentang lunak dan bawang bombay terlihat menguning.

Sementara itu, kocok telur dan tambahkan garam secukupnya (sekitar 3 sprinkle / taburan tangan). Gorengan kentang dan bawang dicampurkan ke kocokan telur tadi hingga merata, lalu goreng menggunakan pan berbentuk lingkaran.

Ratakan adonan ke seluruh permukaan pan, tunggu hingga adonan memadat. Kemudian balikkan tortilla menggunakan bantuan piring (tortilla dicetak ke piring lalu kembali dimasukan ke pan dengan posisi terbalik). Setelah itu coba tusukkan pisau anda ke dalam tortilla, jika pisau keluar bersih tandanya tortilla siap untuk dilahap.