miércoles, 17 de septiembre de 2014
domingo, 9 de marzo de 2014
Sekilas Segovia
Bangunan peninggalan roma ini menyambut anda di kota Segovia.
Akuaduk, digunakan sebagai saluran air dari gunung menuju istana, memang merupakan ikon kota perbukitan ini. Kokoh berdiri layaknya gerbang kota, langsung terlihat ketika tiba layaknya pemeran utama.
Segovia terletak di sebelah utara Madrid, berjarak 30menit dengan kereta dari ibukota. Stasiun Segovia terletak di luar pusat kota sehingga anda harus memilih mode transportasi untuk membawa anda ke sana, yaitu bus seharga 1,20 euro, atau taxi seharga 8 euro yang bisa anda bagi dengan wisatawan lainnya.
Memasuki kota Segovia, akuaduk peninggalan Roma menyambut anda bak gerbang. Dari sanalah perjalanan dimulai, anda dapat menemukan bangunan-bangunan unik dan motif-motif khas kota ini, hingga berakhir pada istana angkatan bersenjata kanon (alcázar).
Corak bangunan yg cantik dapat anda temui di dalamnya sekaligus mempelajari tentang persenjataan di Spanyol. Kota Segovia yang terletak di atas bukit membuat pemandangan lembah di luar alcázar menjadi sebuah keindahan tambahan bangunan ini.
Untuk urusan kuliner, cochinillo, atau suckling pig, atau babi muda panggang dengan kulit crispy dan sari yang dihasilkan dagingnya menjadi menu wajib untuk dicoba bagi anda yang non Muslim. Kota ini memang adalah rumah bagi cochinillo, dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan di Madrid yang bisa mencapai 24euro. Di Segovia, anda cukup mempersiapkan sekitar 18euro untuk mendapatkan satu porsi besarnya.
martes, 1 de octubre de 2013
Ibiza Kecil di Pesisir Bali
"Ibiza itu seperti Bali, dengan gaya yang lebih bohemian," ungkap Thomas Mack yang berlatarbelakang keluarga dari pulau mediteranian Spanyol ini. Oleh karena itu, empat bulan lalu Thomas bersama rekan-rekannya, termasuk seorang chef asal pulau yang sama, membuka bisnis restoran Spanyol bergaya Ibiza berjarak hanya sekitar 300 meter dari Pantai Batu Belig, Canggu.
"La Finca" nama restoran itu. Terletak setelah jembatan yang melintasi sungai, tepatnya Jalan Subak Sari 77. Dari seberang sungai terlihat seperti sebuah pondokan tropis asri dengan pintu gerbang bergaya mediterania.
Tidak hanya sedap dipandang dekorasinya, termasuk taman yang dijadikan area lounge, sedap pula ketika sajian La Finca singgah di indera pengecap.
Rasa masakan yang dihidangkan melebihi ekspektasi saya, bahkan sepertinya lebih lezat ketimbang di Spanyol sendiri. Walaupun saya tidak mencoba jamón (ham) iberico/bellota yang menjadi makanan spanyol favorit sepanjang masa.
Seperti di Spanyol, kami disajikan potongan roti sebelum masuk ke hidangan utama. Saya pikir roti yang mereka hidangkan tidak kalah dengan roti di Spanyol, dan roti semacam ini jarang ditemukan sekalipun di Jakarta. Kalau di Spanyol biasanya roti ditemani minyak zaitun saja, di La Finca tersedia saus ali-oli (mayones dan bawang putih) dan tomato kering dalam minyak zaitun sebagai "cocolan" roti.
Malam itu saya dan seorang teman yang tinggal di Bali mencoba salad daun roket dengan bit dan saus mustard madu, serta pechuga rellena (dada ayam berisi daging dan daun herbal) dan sayuran bakar. Dilanjutkan dengan platter makanan penutup seperti lemon cheese cake, churros, dan beberapa olahan cokelat. Sebagai penggemar cokelat dark, saya senang karena dessert cokelat mereka tidak terlalu manis.
Selain makanan tersebut, mereka menyediakan pula berbagai jenis tapas (pintxos, croquetas, tortilla patata), fideos (mie), carne (olahan daging) termasuk hot stone steak yang bisa anda masak sendiri.
Koleksi minumannya pun cukup beragam. Dari beberapa jenis wine, cocktail, shake yoghurt, jus, teh dan kopi, dan tentunya kawan baik untuk bertapas: bir dan sangría.
Setiap hidangan yang keluar dari dapur La Finca menyebarkan keharuman yang menggugah selera. Yang terlebih penting adalah, tidak saja indera penglihatan, pengecap, dan penciuman kita yang dipuaskan, juga keramahan dan ketanggapan para pramusaji membuat makan malam di La Finca nyaman. Terlihat Thomas pun menyempatkan diri bertegur sapa dari meja ke meja dengan para pengunjung yang kebanyakan bule.
Ia pun sempat mengungkapkan keberadaan La Finca yang sanggup menarik pengunjung kelas atas maupun menengah. Oleh karena itu makanan yang ditawarkan pun memiliki range harga bervariasi, namun dengan kualitas yang tetap tinggi.
Saya pikir hal-hal inilah yang akan membuat La Finca bertahan lama, tidak hanya sekedar satu lagi resto Spanyol di Pulau dewata.
"La Finca" nama restoran itu. Terletak setelah jembatan yang melintasi sungai, tepatnya Jalan Subak Sari 77. Dari seberang sungai terlihat seperti sebuah pondokan tropis asri dengan pintu gerbang bergaya mediterania.
Tidak hanya sedap dipandang dekorasinya, termasuk taman yang dijadikan area lounge, sedap pula ketika sajian La Finca singgah di indera pengecap.
Rasa masakan yang dihidangkan melebihi ekspektasi saya, bahkan sepertinya lebih lezat ketimbang di Spanyol sendiri. Walaupun saya tidak mencoba jamón (ham) iberico/bellota yang menjadi makanan spanyol favorit sepanjang masa.
Seperti di Spanyol, kami disajikan potongan roti sebelum masuk ke hidangan utama. Saya pikir roti yang mereka hidangkan tidak kalah dengan roti di Spanyol, dan roti semacam ini jarang ditemukan sekalipun di Jakarta. Kalau di Spanyol biasanya roti ditemani minyak zaitun saja, di La Finca tersedia saus ali-oli (mayones dan bawang putih) dan tomato kering dalam minyak zaitun sebagai "cocolan" roti.
Malam itu saya dan seorang teman yang tinggal di Bali mencoba salad daun roket dengan bit dan saus mustard madu, serta pechuga rellena (dada ayam berisi daging dan daun herbal) dan sayuran bakar. Dilanjutkan dengan platter makanan penutup seperti lemon cheese cake, churros, dan beberapa olahan cokelat. Sebagai penggemar cokelat dark, saya senang karena dessert cokelat mereka tidak terlalu manis.
Selain makanan tersebut, mereka menyediakan pula berbagai jenis tapas (pintxos, croquetas, tortilla patata), fideos (mie), carne (olahan daging) termasuk hot stone steak yang bisa anda masak sendiri.
Koleksi minumannya pun cukup beragam. Dari beberapa jenis wine, cocktail, shake yoghurt, jus, teh dan kopi, dan tentunya kawan baik untuk bertapas: bir dan sangría.
Setiap hidangan yang keluar dari dapur La Finca menyebarkan keharuman yang menggugah selera. Yang terlebih penting adalah, tidak saja indera penglihatan, pengecap, dan penciuman kita yang dipuaskan, juga keramahan dan ketanggapan para pramusaji membuat makan malam di La Finca nyaman. Terlihat Thomas pun menyempatkan diri bertegur sapa dari meja ke meja dengan para pengunjung yang kebanyakan bule.
Ia pun sempat mengungkapkan keberadaan La Finca yang sanggup menarik pengunjung kelas atas maupun menengah. Oleh karena itu makanan yang ditawarkan pun memiliki range harga bervariasi, namun dengan kualitas yang tetap tinggi.
Saya pikir hal-hal inilah yang akan membuat La Finca bertahan lama, tidak hanya sekedar satu lagi resto Spanyol di Pulau dewata.
martes, 24 de septiembre de 2013
Sungai Merah Huelva
Selain menjadi pintu masuk sepak bola di Spanyol dengan klub sepak bolanya yang tertua di tanah hispana, Provinsi Huelva yang terletak di pesisir barat daya Spanyol menyimpan keistimewaan lainnya, yaitu Río Tinto atau Sungai Merah.
Warna merah terbentuk dari proses meteorisasi sehingga sungai terkandung banyak mineral, yaitu sulfur. Bertahun-tahun sudah sungai ini diinvestigasi oleh NASA untuk dicari makhluk hidup yang dapat bertahan di sana, karena kondisinya yang menyerupai Mars. Oleh karena itu air dari sungai ini memiliki karakter yang sangat asam dengan pH 1,7 - 2,5. Namun ditemukan juga oksigen pada sungai ini sehingga memungkinkan mikroorgamisme seperti bakteri untuk berfotosintesis.
Río Tinto mengalir sepanjang 100km dari pegunungan Padre Caro, bermuara di laut selatan atau Muara Huelva di mana ia bersatu dengan sungai lainnya, yaitu Sungai Odiel.
Pegunungan di sekitar sungai telah menjadi daerah pertambangan sejak masyarakat asli bangsa Iberia, bangsa Phoenix, Roma, hingga kekuasaan Muslim untuk tembaga, besi, dan magnesium. Sejak abad 19 barulah didirikan pertambangan berskala besar terutama oleh perusahaan Inggris. Sejak tahun 1986 penambangan tembaga dihentikan untuk beralih ke perak, dan tahun 1996 logam mulia.
Selain keunikan alam sungai, didirikan juga Taman Mineral Río Tinto. Di sini pemgunjung dapat menghampiri Museum Mineral, Casa 21 (rumah peninggalan pekerja tambang Inggris dahulu kala), Gua Besi, dan Kereta Api Mineral zaman dulu.
Warna merah terbentuk dari proses meteorisasi sehingga sungai terkandung banyak mineral, yaitu sulfur. Bertahun-tahun sudah sungai ini diinvestigasi oleh NASA untuk dicari makhluk hidup yang dapat bertahan di sana, karena kondisinya yang menyerupai Mars. Oleh karena itu air dari sungai ini memiliki karakter yang sangat asam dengan pH 1,7 - 2,5. Namun ditemukan juga oksigen pada sungai ini sehingga memungkinkan mikroorgamisme seperti bakteri untuk berfotosintesis.
Río Tinto mengalir sepanjang 100km dari pegunungan Padre Caro, bermuara di laut selatan atau Muara Huelva di mana ia bersatu dengan sungai lainnya, yaitu Sungai Odiel.
Pegunungan di sekitar sungai telah menjadi daerah pertambangan sejak masyarakat asli bangsa Iberia, bangsa Phoenix, Roma, hingga kekuasaan Muslim untuk tembaga, besi, dan magnesium. Sejak abad 19 barulah didirikan pertambangan berskala besar terutama oleh perusahaan Inggris. Sejak tahun 1986 penambangan tembaga dihentikan untuk beralih ke perak, dan tahun 1996 logam mulia.
Selain keunikan alam sungai, didirikan juga Taman Mineral Río Tinto. Di sini pemgunjung dapat menghampiri Museum Mineral, Casa 21 (rumah peninggalan pekerja tambang Inggris dahulu kala), Gua Besi, dan Kereta Api Mineral zaman dulu.
asunto (topik):
alam,
jalan-jalan,
sains
jueves, 20 de junio de 2013
Selebrasi di Sevilla
Pengalaman saya bertualang di Sevilla, kembali dipublikasikan sebuah media cetak Indonesia.
(http://www.thejakartapost.com/news/2013/06/02/a-celebration-seville.html)
(http://www.thejakartapost.com/news/2013/06/02/a-celebration-seville.html)
Berisikan kisah kemeriahan April Fair 2013 serta tempat-tempat menarik yang layak dikunjungi ketika tiba di kota yang terletak di Komunitas Otonomi Andalusia. Sedikit tentang Feria de Abril atau April Fair pernah saya tulis di blog ini satu tahun lalu, kini saya akan bercerita lewat foto-foto yang saya ambil ketika mampir di sana.
Feria de Abril 2013
Gerbang Feria de Abril 2013, terinspirasi dari Plaza de Espana |
Casetas (rumah-rumah tenda) dan wanita berkostum Sevillana selalu memeriahkan acara tahunan ini |
Mode transportasi tradisional untuk pergi ke Feria, pria berkuda menjemput wanitanya |
Tarian Sevillana ditarikan sepanjang Feria di dalam casetas |
Cantiknya Sevilla
Stadion Sevilla FC |
Jalur sepeda berfungsi dengan baik |
Hotel Alfonso XIII dengan pohon pisang! |
Keindahan Plaza de Espana |
Mudejar, gaya arsitektur yang banyak ditemui di Sevilla |
Sisa tembok romawi yang dirubuhkan tahun 1929 |
Katedral |
Alcazar |
Patung Giralda yang dipindahkan dari puncak menara |
Las Setas untuk melihat kota dari atas |
Taman Alameda untuk bersantai sore |
asunto (topik):
festival,
jalan-jalan,
Spanyol 2013
martes, 18 de junio de 2013
Lirik Himne Spanyol Marcha Real
Himne nasional Spanyol Marcha Real sudah lama menjadi lagu kebangsaan tak berlirik. Ada beberapa versi karangan penulis, seniman, maupun musisi, tetapi satu versi yang disebarluaskan untuk para atlet bertanding mewakili negaranya diciptakan oleh Paulino Cubero pada tahun 2008.
Pengisian lirik oleh Komite Olimpik Spanyol ini dimaksudkan agar para atlet bisa ikut bernyanyi daripada hanya bergumam saat lagu diputar. Walaupun demikian, kontra mengenai lirik lagu ini masih berdatangan khususnya dari kalangan politisi, termasuk Kepala Pemerintahan Mariano Rajoy.
http://youtu.be/gMz0chNedOc
Pada partai pertama Spanyol melawan Uruguay Piala Konfederasi 2013, lagu ini kembali dikumandangkan, dan BBC untuk pertama kalinya menyertakan lirik lagu tersebut pada tayangannya. Tak pelak BBCpun juga mendapat kritikan karena lirik ini pun juga tidak jadi diresmikan.
Ini dia contekan dan terjemahannya (sekalian belajar bahasa Spanyol yuk)
Pengisian lirik oleh Komite Olimpik Spanyol ini dimaksudkan agar para atlet bisa ikut bernyanyi daripada hanya bergumam saat lagu diputar. Walaupun demikian, kontra mengenai lirik lagu ini masih berdatangan khususnya dari kalangan politisi, termasuk Kepala Pemerintahan Mariano Rajoy.
http://youtu.be/gMz0chNedOc
Pada partai pertama Spanyol melawan Uruguay Piala Konfederasi 2013, lagu ini kembali dikumandangkan, dan BBC untuk pertama kalinya menyertakan lirik lagu tersebut pada tayangannya. Tak pelak BBCpun juga mendapat kritikan karena lirik ini pun juga tidak jadi diresmikan.
Ini dia contekan dan terjemahannya (sekalian belajar bahasa Spanyol yuk)
- ¡Viva España!
- (Hidup Spanyol!)
- Cantemos todos juntos
- (Kita bernyanyi semua bersama)
- con distinta voz
- (dengan suara berbeda)
- y un solo corazón
- (dan hanya sebuah hati)
- ¡Viva España!
- (Hidup Spanyol!)
- desde los verdes valles
- (dari lembah-lembah hijau)
- al inmenso mar,
- (hingga lautan luas)
- un himno de hermandad
- (sebuah himne persaudaraan)
- Ama a la patria
- (mencintai tanah air)
- pues sabe abrazar,
- (dan tahu bagaimana memeluk)
- bajo su cielo azul,
- (di bawah langit birunya)
- pueblos en libertad
- (rakyat dalam kemerdekaan)
- Gloria a los hijos
- (kejayaan untuk para putra)
- que a la Historia dan justicia y grandeza
- (bahwa kepada sejarah mereka memberi keadilan dan kebesaran)
- democracia y paz.
- (demokrasi dan kedamaian)
jueves, 2 de mayo de 2013
Restoran Spanyol Terbaik di Dunia
Dunia
kuliner Spanyol kembali berpesta untuk terpilihnya “El Celler de Can
Roca”, sebuah restoran di Girona, sebagai peringkat pertama daftar 50 World Best Restaurant pada majalah “Restaurant”.
Kabar baik ini diangkat
oleh harian El Mundo dan El
País pada 30 April 2013.
Mereka mengalahkan “Noma” dari Denmark
dan “Osteria Francescana” dari Italia yang masing-masing menduduki peringkat
kedua dan ketiga. Bahkan mengungguli favorit juara “DOM” dari Brasil yang malah
dianugerahi posisi keenam.
Pemilik DOM Alex Attala berkomentar, “Semua
(restoran yang berkompetisi) memiliki titik lemah, mereka (El Celler de Can Roca) tidak. Masakannya, kue-kuenya, cellarnya, semuanya sempurna.”
Restoran milik tiga bersaudara Josep
Roca, Joan Roca, dan Jordi Roca ini sebelumnya mendapatkan penghargaan Michelin
bintang tiga pada tahun 2009. Masing-masing bertanggung jawab atas bagiannya,
Josep pada minuman, Joan pada masakan asin, dan Jordi pada makanan penutup
(manis).
Joan Roca menyampaikan, “Penghargaan
ini sangat penting untuk semua masakan Spanyol, membuktikan bahwa kami terus
menarik peminat di dunia kuliner internasional. Ini menjadi penguatan image kreatifitas pada kuliner Spanyol.
Dunia kuliner Spanyol memerlukan hal ini untuk bersaing secara internasional.”
Restoran ini menyajikan
makanan-makanan olahan wine. Selain
masakan tingkat tinggi, mereka juga berkreasi pada tapas, seperti Rocadillos, brioche panas yang diisi es Krim. Salah satu sajian khas lainnya
adalah Núvol de limoná, yang bahkan
sudah diabadikan menjadi parfum.
Núvol de limoná versi hidangan penutup |
Núvol de limoná versi parfume |
Suscribirse a:
Entradas (Atom)