martes, 1 de octubre de 2013

Ibiza Kecil di Pesisir Bali

"Ibiza itu seperti Bali, dengan gaya yang lebih bohemian," ungkap Thomas Mack yang berlatarbelakang keluarga dari pulau mediteranian Spanyol ini. Oleh karena itu, empat bulan lalu Thomas bersama rekan-rekannya, termasuk seorang chef asal pulau yang sama, membuka bisnis restoran Spanyol bergaya Ibiza berjarak hanya sekitar 300 meter dari Pantai Batu Belig, Canggu.

"La Finca" nama restoran itu. Terletak setelah jembatan yang melintasi sungai, tepatnya Jalan Subak Sari 77. Dari seberang sungai terlihat seperti sebuah pondokan tropis asri dengan pintu gerbang bergaya mediterania.



Tidak hanya sedap dipandang dekorasinya, termasuk taman yang dijadikan area lounge, sedap pula ketika sajian La Finca singgah di indera pengecap.

Rasa masakan yang dihidangkan melebihi ekspektasi saya, bahkan sepertinya lebih lezat ketimbang di Spanyol sendiri. Walaupun saya tidak mencoba jamón (ham) iberico/bellota yang menjadi makanan spanyol favorit sepanjang masa.





Seperti di Spanyol, kami disajikan potongan roti sebelum masuk ke hidangan utama. Saya pikir roti yang mereka hidangkan tidak kalah dengan roti di Spanyol, dan roti semacam ini jarang ditemukan sekalipun di Jakarta. Kalau di Spanyol biasanya roti ditemani minyak zaitun saja, di La Finca tersedia saus ali-oli (mayones dan bawang putih) dan tomato kering dalam minyak zaitun sebagai "cocolan" roti.

Malam itu saya dan seorang teman yang tinggal di Bali mencoba salad daun roket dengan bit dan saus mustard madu, serta pechuga rellena (dada ayam berisi daging dan daun herbal) dan sayuran bakar. Dilanjutkan dengan platter makanan penutup seperti lemon cheese cake, churros, dan beberapa olahan cokelat. Sebagai penggemar cokelat dark, saya senang karena dessert cokelat mereka tidak terlalu manis.



Selain makanan tersebut, mereka menyediakan pula berbagai jenis tapas (pintxos, croquetas, tortilla patata), fideos (mie), carne (olahan daging) termasuk hot stone steak yang bisa anda masak sendiri.

Koleksi minumannya pun cukup beragam. Dari beberapa jenis wine, cocktail, shake yoghurt, jus, teh dan kopi, dan tentunya kawan baik untuk bertapas: bir dan sangría.



Setiap hidangan yang keluar dari dapur La Finca menyebarkan keharuman yang menggugah selera. Yang terlebih penting adalah, tidak saja indera penglihatan, pengecap, dan penciuman kita yang dipuaskan, juga keramahan dan ketanggapan para pramusaji membuat makan malam di La Finca nyaman. Terlihat Thomas pun menyempatkan diri bertegur sapa dari meja ke meja dengan para pengunjung yang kebanyakan bule.

Ia pun sempat mengungkapkan keberadaan La Finca yang sanggup menarik pengunjung kelas atas maupun menengah. Oleh karena itu makanan yang ditawarkan pun memiliki range harga bervariasi, namun dengan kualitas yang tetap tinggi.

Saya pikir hal-hal inilah yang akan membuat La Finca bertahan lama, tidak hanya sekedar satu lagi resto Spanyol di Pulau dewata.