viernes, 6 de julio de 2012

Turunnya Dewa Dewi Malam Flamenco

Musik dan tari Flamenco rupanya menjadi pertunjukan paling digemari dari Kedutaan Besar Spanyol untuk Indonesia. Gedung Kesenian Jakarta malam itu 4 Juli 2012 dipenuhi penonton, walaupun pada malam sebelumnya sudah dilaksanakan pertunjukan serupa.

Nonton Bersama Seorang Teman dari Leon
Dibandingkan pertunjukan dua tahun lalu oleh Concha Jareño, Kelompok flamenco Daminaro yang terbentuk tahun 2004 ini membungkus keseluruhan penampilan dengan konsep berjudul "Cae La Noche" (Turunnya Malam). Terdiri dari tiga penari wanita, satu penari pria, satu penyanyi wanita, satu penyanyi pria, dan satu gitaris pria, mereka membawa mitologi Dewa-Dewi Yunani tentang malam yang mengandung mimpi, gairah, tipuan, kematian, penyesalan, dsb.

Cerita dimulai ketika tiga penari wanita dengan elok memainkan kain merah seperti nimfa yang membentangkan, mengatupkan sayapnya, dan terbang. Tarian pembuka ini diberi judul "Las Ninfas del Ocaso" (Nimfa Matahari Terbenam). Para wanita masuk digantikan penari pria yang menari masih dengan iringan musik ceria flamenco, alegrías.
Las Ninfas del Ocaso
Daminaro kemudian berkisah tentang siang dan malam dalam "La Noche y El Día" melalui dua penari wanita berkostum terang dan gelap, masing-masing mewakili masa dalam waktu 24 jam. Tarian diiringi musik guajira.
La Noche y El Dia
Masuklah kami ke alam mimpi dan fantasi "Sueño y Ensueño", diseret oleh seorang penari wanita dan seorang penari laki-laki yang berkostum gelap bak membawa misteri mimpi. Musik seguiriya menjadi kekayaan musik flamenco yang dikumandangkan pada penampilan ini.

Mimpi berlalu, kami dibawa pada masa tenang dengan interlude musik. Suasana mulai memanas ketika para penari masuk kembali dalam "Engaño y Pasión" (Tipuan dan Gairah). Tiga penari wanita dengan kostum biru menari dengan atribut kursi, lalu masuklah penari laki-laki menggoda tiap wanita dengan iringan musik tientos.
Engano y Pasion
Kostum hitam putih dan lampu panggung terang bersih mengemas tarian berikut yang menjadi penutup, "Lo Eterno" (Keabadian). Dengan musik bambera dan jaleos, penampilan Daminaro mencapai klimaksnya hingga penonton pun bersorak memberikan apresiasi.
Lo Eterno
Tidak bisa dipungkiri kehandalan operator lampu panggung GKJ memberikan efek dramatis untuk keseluruhan penampilan. Walaupun bahasa lagu yang disampaikan asing bagi sebagian besar penonton Indonesia, permainan lampu dan lagi-lagi konsep yang ditampilkan bisa memberikan mood untuk setiap penampilan.

Pada kesempatan ini Kedubes Spanyol juga menyampaikan rencana untuk merayakan hari kemerdekaannya di Indonesia lewat sebuah penampilan musik pada bulan Oktober.
Dengan Souvenir Kain Batik

No hay comentarios:

Publicar un comentario