jueves, 20 de enero de 2011

Mar Adentro (The Sea Inside): Saat Kematian Menjadi Sebuah Pilihan

Bayangkan anda berada dalam satu ruangan seminar tentang hidup, dan si pembicara seminar menanyakan pada anda "Siapa di antara anda sekalian yang tidak ingin hidup?" Perkenalkan seorang Spanyol bernama Ramón Sampedro. Jika ia berada di tengah-tengah anda, dengan lantang ia akan menjawab "Saya tidak ingin hidup".

Sejak kecelakaan di laut yang menimpanya ketika berusia 25 tahun, Ramón mengalami kelumpuhan total (bahasa tingkat tingginya quadriplegic). Nelayan asal Galicia ini ingin mengakhiri hidupnya, namun tidak ada seorang pun mau membantunya. Selama hampir 30 tahun ia memperjuangkan haknya untuk mati. Ia menginginkan euthanasia yang berulang kali ditolak pengadilan.

Sampedro yang hanya bisa menggerakan bagian tubuhnya dari leher ke atas

Di penghujung hidupnya ia dihadapi dengan permasalahan cinta. Pertama dengan seorang pengacara yang ia pekerjakan untuk menangani kasusnya, dan seorang single mother (ibu tunggal) yang berusaha menyemangatinya untuk hidup. Cinta pun ia temukan dari seseorang yang mau membantunya mewujudkan keinginan bunuh diri tersebut. Pada 12 Januari 1998, Ramón Sampedro meninggal keracunan "potasium sianida" di Boiro, sebuah kota di Provinsi La Coruña.

Kisah hidup Ramón Sampedro diabadikan sutradara Spanyol Alejandro Amenábar dalam film berjudul Mar Adentro (laut di dalam, dalam versi Inggris "The Sea Inside"). Film ini meraih penghargaan sebagai film berbahasa asing terbaik pada ajang bergengsi Academy Award ke-77 dan Golden Globe tahun 2004. Di Spanyol sendiri, film ini dianugerahi 14 penghargaan Goya (ajang penghargaan film nasional di Spanyol), termasuk aktor pemeran Ramón, Javier Bardem, sebagai aktor terbaik. 

Duet Amenábar (kiri) dan Bardem (kanan) memboyong banyak penghargaan di Spanyol

Walaupun film ini berbicara tentang kematian, banyak renungan hidup yang dapat kita petik dari sosok Ramón Sampedro. Misalnya saja dengan tidak menghakimi hak hidup sesama, seperti dalam percakapan Ramón "¿Quién soy yo para juzgar a los que quieren vivir?" (Siapakah saya dapat menghakimi mereka yang ingin hidup?). Sebuah renungan lain yaitu tentang cara memandang dan menjalani hidup. Apakah hidup ini kita jalani sebagai hak ataukah kewajiban? Apakah kita mendapatkan kebebasan di hidup ini atau harus mati terlebih dahulu untuk hidup? Mungkin anda akan menemukan poin-poin lain karena film ini sungguh membuka wacana penonton untuk bebas berintepretasi. 

Cerita film yang filosofis dikemas Amenábar dengan gaya bercerita linear (runut dari satu kejadian ke kejadian lain), pengambilan gambar yang kreatif dan indah, serta tentunya akting Bardem yang memukau, sehingga film tidak terasa terlalu berat. Bagi anda pecinta drama, film ini wajib ditonton. Jika anda lebih menyukai genre lain seperti komedi, tunggu review film-film Spanyol lainnya.

Ada sebuah puisi karangan Sampedro yang ditampilkan di film ini. Klik di sini untuk membaca puisi dan artinya.

1 comentario:

  1. bosan kalah terus?

    silahkan coba daftar di Zeusbola!
    hanya dengan modal 50 ribu sudah bisa menjadi jutawan lohh bosquu


    INFO SELANJUTNYA SEGERA HUBUNGI KAMI DI :
    WHATSAPP :+62 822-7710-4607
    TELEGRAM :@zeusbola
    FACEBOOK :zeusbolame
    INSTAGRAM :@zeusbola.official
    TWITTER :@zeusbola

    #zeusbolaterpercaya#SitusDepositViaPulsa #depositviapulsa #agenSitusDepopulsa #agendepopulsa #agendepopakaiovo #depositviaovo #bonusfreechip #bonusfreebet

    ResponderEliminar